Senin, 25 Februari 2013

Transplantasi stem cell



Transplantasi stem cell

Stem cell kini semakin marak digunakan sebagai media penyembuhan dan banyak penelitian cenderung mempelajari stem cell untuk aplikasi medis. Di negara – negara maju, stem cell sudah digunakan hingga proses transplantasi ke tubuh pasien dan umumnya transplantasi stem cell ini dilakukan pada pasien penderita kanker setelah mengalami kemoterapi dosis tinggi (high-dose chemotherapy). Stem cell yang ditransplantasikan akan mengganti sel-sel yang cacat akibat hereditary disoreder (seperti sicke-cell anemia) atau rusak (akibat kanker)
3 jenis transplantasi stem cell berdasarkan sumber stem cell :
         Autologous transplant
Sel diambil dari sumsum tulang pasien itu sendiri (untuk pengobatan kanker biasanya sebelum kemoterapi dilakukan)
               
         Allogeneic transplant
Stem cell diambil dari darah donor yang memiliki kesamaan jaringan yang tinggi dengan pasien

         Umbilical cord blood
Dari bayi yang baru lahir (dari plasenta setelah lahir) atau bisa juga didapat dari cord blood bank
Mengapa stem cell dari donor harus memiliki kecocokan yang tinggi dengan pasien?
Adanya ketidak cocokan antara stem cell yang berasal dari donor dengan pasien dapat menyebabkan beberapa efek berbahaya. Salah satu akibat yang paling fatal adalah Graft-versus-Host-Disease (GVHD) yaitu keadaan dimana sel imun pasien menyerang sel dari pendonor dan sel imun pendonor menyerang sel pasien, jika GVHD terjadi kemungkinan yang paling buruk adalah kematian pasien.
Identifikasi kecocokan stem cell dilakukan dengan melakukan HLA (Human Leukocyte Antigen) typing. HLA merupakan protein yang berada di permukaan sebagian beasar sel tubuh. Penanda HLA membantu tubuh membedakan sel normal dari sel asing seperti sel kanker. Semakin mirip penanda HLA pasien dengan HLA donor, maka semakin kecil kemungkinan terjadinya kegagalan/ efek samping transplantasi stem cell seperti GVHD.
HLA dengan kemiripan tertinggi biasanya didapat dari relatif derajat pertama seperti orang tua, saudara kandung dan anak, namun menurut MD Anderson 75% HLA pasien lebih cocok dengan pendonor atau MUD (Matched Unrelated Donors) dibanding dengan keluarga terdekatnya. Kemiripan HLA dapat diuji dengan menggunakan metode seperti ELISA dari sampel darah pendonor dari keluarga atau dari darah pendonor yang telah tersimpan dan teregistrasi di cord blood bank.



Sejauh ini, proses transplantasi stem cell banyak berhasil dilakukan pada pre-treatment kemoterapi pada pasien pengidap kanker, beberapa jenis Leukimia, multiple myeloma, non-Hodgkin's lymphoma, Hodgkin's disease dan kanker testikular.
Tahapan kemoterapi dan recovery menggunakan stem cell
a.       Tes medis :
-          MUGA Scan/ echocardiogram, untuk mengukur seberapa baik jantung pasien memompa darah
-          EKG/elektrocardiogram, untuk menentukan aktivitas elektrik darah
-          CT/PET scan, untuk menetukan lokasi dan aktifitas kanker
-          Pulmonary Function Test (PFT) dan X-Ray dada, untuk mengukur kerja paru-paru
-          Tes darah, untuk menentukkan fungsi hati dan  ginjal, keberadaan infeksi dan mendeteksi virus hepatitis dan HIV
b.      Jika diambil dari sumsum tulang (Autologous Transplant), maka akan dilakukan suntik growth factor seperti G-CFS, neupogen atau neulasta. Selain growth factor ditambahkan juga kalsium untuk mengganti kalsium yang hilang saat pengambilan stem cell di sumsum tulang
c.       Dikoleksi lewat proses apheresis menggunakan apheresis catheter (3-4 jam per hari selama 1-5 hari sampai jumlah stem cell yang dibutuhkan mencukupi)
d.      Pemisahan darah dengan stem cell
e.      Stem cell di store di N2 cair, dihitung jumlahnya, dilihat kualitasnya (harus baik/tidak rusak dan steril) kemudian dicampur dengan DMSO untuk proses preservasi
f.        Setelah pasien selesai menjalani kemoterapi, pasien akan istirahat selama 1-2 hari samapi obat sisa kemoterapi hilang dari sistem tubuh. Setelah itu, pasien bisa langsung menerima transplantasi stem cell. Stem cell yang telah dianalisis dan disimpan dalam inkubator -80oC kemudian di-d­efroze cukup dengan prendaman di waterbath hangat. Proses transplantasi harus dilakukan secara ketat dan steril untuk menghindari infeksi, karena jika proses kemoterapi dilakukan dari autologous transplant maka sistem imun pasien akan menurun akibat berkurangnya jumlah sel darah putih (terbawa saat proses pemanenan stem cell) belum lagi jika dilakukan proses kemoterapi sebelum proses transplantasi stem cell, sistem imun tubuh pasien akan menurun/rusak.
g.       Setelah proses transplantasi, pasien akan terus dibawah pengawasan ketat tenaga medis dalam beberapa hari. Antibiotik, antivirus dan antifungi akan diberikan untuk mencegah terjadinya inefksi

*untuk informasi produk lebih lengkap silahkan kunjungi wesite kami www.biosm-indonesia.com
Sumber :
MD Anderson Cancer Center http://www.mdanderson.org/
Thompson Cancer Survival Center http://www.thompsoncancer.com/?id=655&sid=7

Tidak ada komentar:

Posting Komentar