Transplantasi stem
cell
Stem cell kini semakin marak
digunakan sebagai media penyembuhan dan banyak penelitian cenderung mempelajari
stem cell untuk aplikasi medis. Di
negara – negara maju, stem cell sudah
digunakan hingga proses transplantasi ke tubuh pasien dan umumnya transplantasi
stem cell ini dilakukan pada pasien penderita kanker setelah mengalami
kemoterapi dosis tinggi (high-dose
chemotherapy). Stem cell yang ditransplantasikan akan mengganti sel-sel
yang cacat akibat hereditary disoreder (seperti sicke-cell anemia) atau rusak
(akibat kanker)
3 jenis transplantasi stem cell berdasarkan
sumber stem cell :
Autologous transplant
Sel diambil dari sumsum tulang
pasien itu sendiri (untuk pengobatan kanker biasanya sebelum kemoterapi
dilakukan)
Allogeneic transplant
Stem cell diambil dari darah
donor yang memiliki kesamaan jaringan yang tinggi dengan pasien
Umbilical cord blood
Dari bayi yang baru lahir (dari
plasenta setelah lahir) atau bisa juga didapat dari cord blood bank
Mengapa
stem cell dari donor harus memiliki kecocokan yang tinggi dengan pasien?
Adanya ketidak
cocokan antara stem cell yang berasal dari donor dengan pasien dapat
menyebabkan beberapa efek berbahaya. Salah satu akibat yang paling fatal adalah
Graft-versus-Host-Disease (GVHD)
yaitu keadaan dimana sel imun pasien menyerang sel dari pendonor dan sel imun
pendonor menyerang sel pasien, jika GVHD terjadi kemungkinan yang paling buruk
adalah kematian pasien.
Identifikasi
kecocokan stem cell dilakukan dengan melakukan HLA (Human Leukocyte Antigen) typing. HLA merupakan protein yang
berada di permukaan sebagian beasar sel tubuh. Penanda HLA membantu tubuh
membedakan sel normal dari sel asing seperti sel kanker. Semakin mirip penanda
HLA pasien dengan HLA donor, maka semakin kecil kemungkinan terjadinya
kegagalan/ efek samping transplantasi stem cell seperti GVHD.
HLA dengan
kemiripan tertinggi biasanya didapat dari relatif derajat pertama seperti orang
tua, saudara kandung dan anak, namun menurut MD Anderson 75% HLA pasien lebih
cocok dengan pendonor atau MUD (Matched Unrelated Donors) dibanding dengan
keluarga terdekatnya. Kemiripan HLA dapat diuji dengan menggunakan metode
seperti ELISA dari sampel darah pendonor dari keluarga atau dari darah pendonor
yang telah tersimpan dan teregistrasi di cord
blood bank.
Sejauh ini, proses
transplantasi stem cell banyak berhasil dilakukan pada pre-treatment kemoterapi
pada pasien pengidap kanker, beberapa jenis Leukimia, multiple myeloma, non-Hodgkin's
lymphoma, Hodgkin's disease dan
kanker testikular.
Tahapan kemoterapi dan recovery menggunakan stem cell
a.
Tes medis :
-
MUGA Scan/ echocardiogram, untuk
mengukur seberapa baik jantung pasien memompa darah
-
EKG/elektrocardiogram, untuk menentukan
aktivitas elektrik darah
-
CT/PET scan, untuk menetukan
lokasi dan aktifitas kanker
-
Pulmonary Function Test (PFT) dan
X-Ray dada, untuk mengukur kerja paru-paru
-
Tes darah, untuk menentukkan
fungsi hati dan ginjal, keberadaan
infeksi dan mendeteksi virus hepatitis dan HIV
b. Jika diambil dari sumsum tulang (Autologous Transplant), maka akan dilakukan
suntik growth factor seperti G-CFS,
neupogen atau neulasta. Selain growth
factor ditambahkan juga kalsium untuk mengganti kalsium yang hilang saat
pengambilan stem cell di sumsum tulang
c. Dikoleksi lewat proses apheresis
menggunakan apheresis catheter (3-4
jam per hari selama 1-5 hari sampai jumlah stem cell yang dibutuhkan mencukupi)
d. Pemisahan darah dengan stem cell
e. Stem cell di store di N2 cair, dihitung jumlahnya, dilihat kualitasnya
(harus baik/tidak rusak dan steril) kemudian dicampur dengan DMSO untuk proses
preservasi
f.
Setelah pasien selesai menjalani
kemoterapi, pasien akan istirahat selama 1-2 hari samapi obat sisa kemoterapi
hilang dari sistem tubuh. Setelah itu, pasien bisa langsung menerima
transplantasi stem cell. Stem cell yang telah dianalisis dan disimpan dalam
inkubator -80oC kemudian di-defroze
cukup dengan prendaman di waterbath
hangat. Proses transplantasi harus dilakukan secara ketat dan steril untuk
menghindari infeksi, karena jika proses kemoterapi dilakukan dari autologous
transplant maka sistem imun pasien akan menurun akibat berkurangnya jumlah sel
darah putih (terbawa saat proses pemanenan stem cell) belum lagi jika dilakukan
proses kemoterapi sebelum proses transplantasi stem cell, sistem imun tubuh
pasien akan menurun/rusak.
g. Setelah proses transplantasi, pasien akan terus dibawah pengawasan
ketat tenaga medis dalam beberapa hari. Antibiotik, antivirus dan antifungi
akan diberikan untuk mencegah terjadinya inefksi
*untuk informasi produk lebih lengkap silahkan kunjungi wesite kami www.biosm-indonesia.com
*untuk informasi produk lebih lengkap silahkan kunjungi wesite kami www.biosm-indonesia.com
Sumber
:
MD
Anderson Cancer Center http://www.mdanderson.org/
Thompson
Cancer Survival Center http://www.thompsoncancer.com/?id=655&sid=7
Tidak ada komentar:
Posting Komentar